PedomanBengkulu.com - 𝗣𝘂𝗹𝗮𝘂 Enggano, yang terletak di tengah Samudera Hindia, kini menghadapi krisis serius akibat terhentinya operasional kapal selama lebih dari dua minggu. Ribuan masyarakat adat Enggano terancam terisolir, dengan stok bahan pokok yang semakin menipis dan aktivitas ekonomi yang lumpuh. "𝙈𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙨𝙬𝙖 𝙙𝙖𝙣 𝙜𝙪𝙧𝙪 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙠𝙚𝙢𝙗𝙖𝙡𝙞 𝙠𝙚 𝘽𝙚𝙣𝙜𝙠𝙪𝙡𝙪, 𝙢𝙖𝙨𝙮𝙖𝙧𝙖𝙠𝙖𝙩 𝙟𝙪𝙜𝙖 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙢𝙚𝙣𝙟𝙪𝙖𝙡 𝙝𝙖𝙨𝙞𝙡 𝙗𝙪𝙢𝙞 𝙢𝙚𝙧𝙚𝙠𝙖," ungkap perwakilan lembaga adat Enggano.
Pendangkalan alur Pelabuhan Pulau Baai menjadi penyebab utama terhentinya transportasi laut, menghambat distribusi logistik dan pasokan BBM ke pulau tersebut. "𝙆𝙖𝙢𝙞 𝙢𝙚𝙣𝙙𝙚𝙨𝙖𝙠 𝙥𝙚𝙢𝙚𝙧𝙞𝙣𝙩𝙖𝙝 𝙨𝙚𝙜𝙚𝙧𝙖 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙚𝙧𝙞𝙠𝙖𝙣 𝙨𝙤𝙡𝙪𝙨𝙞 𝙘𝙚𝙥𝙖𝙩, 𝙠𝙖𝙧𝙚𝙣𝙖 𝙧𝙞𝙗𝙪𝙖𝙣 𝙢𝙖𝙨𝙮𝙖𝙧𝙖𝙠𝙖𝙩 𝙀𝙣𝙜𝙜𝙖𝙣𝙤 𝙠𝙞𝙣𝙞 𝙝𝙞𝙙𝙪𝙥 𝙙𝙖𝙡𝙖𝙢 𝙠𝙤𝙣𝙙𝙞𝙨𝙞 𝙙𝙖𝙧𝙪𝙧𝙖𝙩," tegas kepala suku setempat. Harga bahan pokok melonjak, sementara hasil panen dan ikan nelayan tidak dapat dikirim keluar, memperburuk kondisi ekonomi warga.
Gubernur Bengkulu telah menyoroti lambannya pengerukan pelabuhan dan meminta tindakan segera dari PT Pelindo II. "𝙄𝙣𝙞 𝙨𝙪𝙙𝙖𝙝 𝙙𝙖𝙧𝙪𝙧𝙖𝙩, 𝙢𝙖𝙨𝙮𝙖𝙧𝙖𝙠𝙖𝙩 𝙩𝙚𝙧𝙪𝙨 𝙗𝙚𝙧𝙩𝙖𝙣𝙮𝙖 𝙠𝙖𝙥𝙖𝙣 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙥𝙪𝙡𝙖𝙣𝙜 𝙠𝙚 𝙀𝙣𝙜𝙜𝙖𝙣𝙤," ujar Gubernur Helmi Hasan. Pemerintah diharapkan segera mengambil langkah konkret agar akses transportasi kembali normal dan kehidupan masyarakat Enggano dapat pulih.