BENGKULU, PB - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyampaikan satelit Modis dengan sensor Terra dan Aqua mendeteksi 232 hotspot. Titik api ini terbagi menjadi 2 kategori, yakni 159 hotspot pada tingkat kepercayaan sedang (30 - 79%) dan 73 hotspot tingkat kepercayaan tinggi (80 - 100 %).
Lebih lanjut ia merinci, 159 hotspot dengan tingkat kepercayaan sedang tersebut tersebar di 13 provinsi. Diantaranya, di Bengkulu terdapat 5 titik, Jambi 4, Jawa Barat 1, Kalimantan Barat 7, Kalimantan Tengah 2, Kepulauan Bangka Belitung 27, Lampung 2, Aceh 2, NTT 3, Riau 27, Sulawesi Tengah 1, Sumatera Barat 12, Sumatera Selatan 39, dan Sumatera Utara 27.
"Tingkat kepercayaan sedang artinya berdasarkan suhu yang terekam di daratan ada potensi wilayah tersebut terbakar, sedangkan tingkat kepercayaan tinggi menunjukkan bahwa wilayah tersebut sedang terbakar," kata Sutopo, dalam siaran pers-nya, Senin (8/8/2016).
Sementara itu, 73 hotspot dengan tingkat kepercayaan tinggi terdapat di Jambi sebanyak 2 titik, Kepulauan Bangka Belitung 10, Riau 18, Sulawesi Selatan 2, Sumatera Barat 5, Sumatera Selatan 14, dan Sumatera Utara 22. Namun, kata Sutopo, titik-titik api ini masih terkendali.
"Patroli udara dan darat menunjukkan bahwa kebakaran hutan dan lahan terjadi di beberapa tempat dengan luas wilayah yang tidak terlalu besar. Karhuta terjadi di perkebunan, pekarangan, dan hutan di daerah yang seringkali aksesnya sulit dijangkau," paparnya.
Dia mengklaim jumlah hotspot ini juga jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2015 lalu. Dimana, selama 1-7 Agustus 2015, jumlah hotspot di Indonesia mencapai 14.451 titik . Namun pada periode 1-7 Agustus 2016 hanya ada 491 titik.
"Bahkan pada Agustus 2015 jumlahnya mencapai 14.451 titik," imbuhnya.
Penurunan jumlah hotspot tersebut, menurut Sutopo, disebabkan upaya pencegahan dan pemadaman karhutla yang dilakukan oleh tim penanggulangan lebih baik dibandingkan tahun 2015. Selain itu, faktor cuaca juga sangat berpengaruh dalam pemadaman beberapa titik api.
"Adanya anomali cuaca dan pengaruh La Nina menyebabkan hujan banyak terjadi di wilayah Indonesia pada saat musim kemarau. Kondisi tersebut menyebabkan lahan tetap basah sehingga sulit terbakar. Sebaliknya pada tahun 2015 terjadi El Nino hebat, sehingga curah hujan menurun dan cuaca sangat kering serta mudah terbakar," urainya.
Dalam kesempatan itu, ia juga menyampaikan bila saat ini Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) masih tergolong sedang hingga baik. Tidak ada daerah yang tertutup asap dan memiliki ISPU tercemar.
"Aktivitas masyarakat dan penerbangan sipil berjalan normal," sambungnya.
Namun demikian, ia menegaskan, ancaman karhutla masih akan mengancam hingga Oktober 2016 mendatang. Karenanya, BNPB bersama TNI, Polri, KLHK, BPBD, SKPD, Damkar, relawan dan dunia usaha terus melakukan langkah-langkah antisipasi karhutla. Bahkan, BNPB telah menambah satu helikopter water bombing sebagai langkah antisipatif.
"Operasi darat melibatkan ribuan personil secara terus menerus melakukan patroli, pemadaman dan sosialisasi. Jadi upaya penanganan karhutla pada tahun ini berjalan dengan baik," pungkasnya.
Informasi tambahan, jumlah titik api per Agustus di Bengkulu ini meningkat bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Data Juli 2016, hanya ada 1 Titik Api Terdeteksi di Bengkulu. Atas munculnya titik api ini, Mendagri telah menginstruksikan agar pemda sigap. [IC]